Kesabaran adalah salah satu kebutuhan setiap hamba, termasuk penuntut ilmu. Nabi Musa – ‘Alaihissalam – pernah mengungkapkan azamnya yang kuat untuk bersabar dalam mengambil ilmu dari Khidhr. Allah – Ta’ala – berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 69,
قالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شاءَ اللَّهُ صابِراً وَلا أَعْصِي لَكَ أَمْراً
“Dia (Musa) berkata, “Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang bersabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apapun”.
Demikianlah seorang penuntut ilmu sangat butuh kepada kesabaran secara kontinu. Apa bentuk kesabaran penuntut Ilmu? Di antara bentuk sabar yang senantiasa dibutuhkan oleh penuntut ilmu adalah 10 (sepuluh) perkara, yaitu;
- Sabar dalam menjaga lurusnya niat (Ash-Shabru ‘alal Muhafadzah ‘ala Husnin Niyyah)
Niat seorang penuntut ilmu bisa saja berubah-rubah. Dalam muqaddimah Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab (I/37) dinukilkan bahwa Imam Sufyan Ats-Tsauri – Rahimahullah – berkata,
مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِيْ، إِنَّهَا تَتَقَلَّبُ عَلَيَّ
“Tidaklah aku menangani sesuatu yang lebih sulit daripada menangani niatku, karena ia berbolak-balik”. Oleh karena itu, hendaknya berusaha sabar dalam berjuang meluruskan niat.
- Sabar mencari bekal menuntut ilmu.(Ash-Shabru ‘alat Tazawwud).
Tidaklah seorang penuntut ilmu melakukan perjalanan menuntut ilmu, kecuali membutuhkan bekal, berupa alat tulis, dan alat-alat pribadi lainnya. Dalam Al-Jami’ Li Akhlaqir Rawi No. 1608 (II/269), Imam Al-Khathib Al-Baghdadi membawakan perkataan Waki’ – Rahimahullah -,
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إِلَى مَجْلِسِ مُحَدِّثٍ بِلَا مَحْبَرَةٍ فَقَدْ نَوَى الْمَسْأَلَةَ
“Barangsiapa keluar dari rumahnya ke majlis muhaddits tanpa membaca alat tulis, maka sungguh ia telah berniat meminta-minta”.
- Sabar menghadapi sulitnya safar (Ash-Shabru ‘ala Masyaqqatis Safar).
Nabi Musa pernah melakukan safar yang jauh untuk mengambil ilmu dari Khidhir sampai beliau merasakan kelelahan dengan mengatakan sebagaimana dalam surat Al-Kahfi ayat 62,
لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هَذَا نَصَبًا
“Sungguh, kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”.
- Sabar duduk di majlis ilmu (Ash-Shabru ‘alal Julus Fi Majalisil ‘Ilm).
Duduk lama di majlis ilmu akan menjadikan seseorang merasa pegal. Oleh karena itu, penuntut ilmu sangat butuh kesabaran dalam menghadapi penatnya duduk di majlis ini. Allah telah berfirman dalam Al-Kahfi ayat 28,
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ
Dalam Al-Faqih wal Mutafaqqih, Imam Al-Khathib al-Baghdadi menjelaskan bahwa Imam Yahya bin Ibnu Katsir – Rahimahullah – menafsirkan tentang ayat itu bahwa yang dimaksudkan adalah perintah untuk bersabar di majlis-majlis fiqih (majlis untuk memahami agama).
- Sabar menghadapi perangai pengajar (Ash-Shabru ‘ala Thabi’atil Mu’allim).
Dalam kitab Maraqil ‘Izzah (hlm. 451), dibawakan sebuah bait syair Imam Syafi’i berkata,
اِصْبِرْ عَلَى مُرِّ الْجَفَا مِنْ مُعَلِّمٍ
فَإِنَّ رُسُوْبَ الْعِلْمِ فِيْ نَفَرَاتِهِ
“Bersabarlah menghadapi pahitnya perangai kasar dari seorang pengajar,
Sesungguhnya gagalnya ilmu itu berada dalam sikap menjauhinya”. Meskipun seorang pengajar memiliki tabiat, perangai dan watak yang tidak disenangi, hendaknya penuntut ilmu berusaha untuk tetap mengambil ilmu darinya.
- Sabar mendengarkan (Ash-Shabru ‘Alal Istima’).
Dalam Syu’abul Iman, No. 1797 (II/289-Zaghlul), Imam Al-Baihaqi menyebutkan sebuah atsar dari Imam Sufyan bin ‘Uyainah yang telah berkata,
أَوَّلُ الْعِلْمِ اْلاِسْتِمَاعُ
“Permulaan ilmu adalah mendengarkan dengan seksama”. Orang yang mendengarkan penjelasan ilmu dari seorang pengajar sangat butuh kesabaran. Kesabaran ini sangat diperlukan terutama dalam pembahasan yang butuh pemikiran yang lebih.
- Sabar menulis (Ash-Shabru ‘alal Kitabah).
Dalam Shahihul Jami’ish Shaghir, No. 4434, Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – telah memerintahkan ummatnya agar menulis ilmu dalam sabdanya,
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
“Ikatlah ilmu dengan menulis”. Seseorang akan menyabarkan diri dalam menulis ketika mengingat keutamaannya.
- Sabar membaca. (Ash-Shabru ‘alal Qira’ah).
Membaca sangat butuh kesabaran. Tanpa kesabaran seseorang tidak akan dapat membaca dengan baik. Mengingat pentingnya membaca, turunlah ayat yang pertama kali tentang perintah membaca. Allah berfirman dalam surat Al-‘Alaq ayat 1,
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ
“Bacalah dengan nama Rabbmu yang telah menciptakan”.
- Sabar mengamalkan ilmu (Ash-Shabru ‘alal ‘Amal).
Dalam mengamalkan ilmu seseorang penuntut ilmu butuh kesabaran. Tidaklah seseorang berusaha mengamalkan ilmu, melainkan akan mendapatkan berbagai rintangan internal maupun eksternal. Oleh karena itu, ia sangat butuh kesabaran. Allah berfirman,
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصابِرُوا
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu”. (QS. Ali Imran : 200).
- Sabar ketika menyampaikan ilmu. (Ash-Shabru ‘ala Nasyril ‘Ilm).
Menyebarkan ilmu kepada orang lain juga membutuhkan kesabaran baik dalam bentuk mengajar secara langsung atau menyusun karya tulis ilmiah. Dengan menyebarkannya, seseorang akan semakin kokoh dan semakin bertambah ilmunya. Abu Ishaq Al-Ilbiri mengatakan dalam At-Ta-iyyahnya
يَزِيْدُ بِكَثْرَةِ الْإِنْفَاقِ مِنْهُ
وَيَنْقُصُ إِنْ بِهِ كَفًّا شَدَدْتَا
“Ilmu akan bertambah dengan banyak diinfakkan (disebarkan)
Dan akan berkurang jika digenggam erat-erat dengan tangan (tidak disebarkan)”.
Demikianlah di antara bentuk kesabaran yang selalu dibutuhkan oleh penuntut ilmu. Semoga Allah memberikan kepada kita semua kesabaran dalam ilmu. Amin.