Selembar undangan walimah yang bertuliskan Nama Allah, kemana terbuang? Secarik kertas bekas coretan ujian yang ada lafal basmalah, akhirnya jadi apa? Biasanya terbuang sia-sia. Tidak jarang kertas-kertas tersebut akhirnya dilemparkan ke tempat sampah atau terinjak kaki, padahal ada tulisan nama Allah yang Mahamulia. Pantaskah hal tersebut dilakukan oleh seorang muslim yang mengagungkan Allah?
Dalam Al-Bidayah wan Nihayah (XII/383-tahqiq Dr. At-Turki), Imam Ibnu Katsir (w. 744 H) menceritakan tentang salah seorang Khalifah Daulah Umawiyyah yang bernama Abdulmalik bin Marwan. Imam Ibnu Katsir berkata,
رَوَى الْبَيْهَقِيُّ أَنَّ عَبْدَ الْمَلِكِ وَقَعَ مِنْهُ فَلْسٌ فِيْ بِئْرٍ قَذِرَةٍ، فَاكْتَرَى عَلَيْهِ بِثَلَاثَةَ عَشَرَ دِيْنَارًا حَتَّى أَخْرَجَهُ مِنْهَا. فَقِيْلَ لَهُ فِيْ ذَلِكَ، فَقَالَ: إِنَّهُ كَانَ عَلَيْهِ اسْمُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“(Imam) Al-Baihaqi (- Rahimahullah-) telah meriwayatkan bahwa Abdulmalik (bin Marwan) kehilangan uang pecahannya di sebuah sumur yang kotor. Lalu beliau menyewa untuk mencarinya dengan beaya sebesar 13 (tiga belas) dinar sampai bisa mengeluarkannya. Lalu ada orang yang bertanya kepada beliau tentang hal itu, beliau menjawab, “Sesungguhnya di sana tertulis nama Allah ‘Azza Wajalla”.
Subhanallah, demikianlah ta’dhim (pengagungan) sang Khalifah terhadap nama Allah – Ta’ala -. Beliau menjaga agar tulisan nama Allah – ta’ala- jangan sampai terletak di tempat yang kotor dan hina meskipun harus mengorbankan sejumlah beaya yang tidak sedikit.
Dalam kitab Syu’abul Iman, Imam Al-Baihaqi berkata pada cabang keimanan yang ke-15,
وَأَنْ لَا يَمْسَحَ أَحَدٌ يَدَهُ مِنْ طَعَامٍ وَلَا غَيْرِهِ بِوَرَقَةٍ فِيْهَا ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى أَوْ ذِكْرُ رَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Hendaknya seseorang tidak mengusap tangannya karena ada makanan atau yang lainnya dengan kertas yang ada penyebutan lafal Allah ta’ala tahu penyebutan Rasulullah –Shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Sebagai seorang muslim hendaknya berusaha agar tidak ada lafdzul jalalah (Allah) yang tertulis di kertas kecuali kertas tersebut diletakkan di tempat yang terhormat. Tidak membuangnya di tempat sampah dalam keadaan utuh atau menjadikannnya sebagai bungkus gorengan, atau alas duduk atau terinjak oleh kaki.
Setelah selesai masa-masa ujian, hendaknya sebagai guru mengingatkan para muridnya agar tidak menyia-nyiakan kertas yang tertulis nama Allah di sana. Sebagai orang tua hendaknya mengingatkan putra-putrinya agar tidak menjadikan lembaran yang bertuliskan nama Allah menjadi terinjak-injak oleh kaki atau dilemparkan di tempat sampah. Jika ingin membuangnya, hendaknya dihancurkan terlebih dahulu, atau dengan membakarnya. Allah berfirman,
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعائِرَ اللَّهِ فَإِنَّها مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Barangsiapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya hal itu timbul dari ketakwaan hati”. Allahu A’lam.