Setiap insan tentu mengharapkan kebaikan dunia akhirat. Di antara doa yang sering dipanjatkan oleh seorang muslim sehari-hari adalah “Ya Rabb kami, berikanlah kebaikan dunia, kebaikan akhirat dan lindungilah kami dari neraka”. Pertanyaannya, apa saja yang termasuk kebaikan tersebut? Marilah kita renungkan tiga kandungan doa tersebut dalam penjelasan Al-Qasim bin Abdurrahman – Rahimahullah -.
Imam Nawawi (w. 676 H) telah menyebutkan dalam Kitabud Da’awat dari Riyadhish Shalihin sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Anas – Radhiyallahu ‘anhu – beliau berkata,
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم : ((اللَّهُمَّ آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّار))
“Dahulu kebanyakan doa Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – adalah Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka”. Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya, bahwa Anas dahulu apabila ingin berdoa dengan suatu doa, maka beliau berdoa dengan doa ini.
Doa di atas seperti dalam firman Allah ta’ala berikut ini,
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201) أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ (202)
“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka. Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah Maha cepat perhitungan-Nya”. (QS. Al-Baqarah: 201-202).
Dalam kitab-kitab tafsir banyak penjelasan yang telah diungkapkan oleh para mufassirin berkaitan dengan ayat tersebut. Salah satu atsar yang perlu untuk dicermati kembali berkaitan dengan doa itu adalah apa yang disampaikan oleh Al-Qasim bin Abdurrahman – Rahimahullah -. Dalam Tafsirul Qur’anil ‘Adhim (I/558), Imam Ibnu Katsir (w. 774 H) menyebutkan bahwa Al-Qasim – Rahimahullah – berkata,
مَنْ أُعْطِيَ قَلْبًا شَاكِرًا، وَلِسَانًا ذَاكِرًا، وَجَسَدًا صَابِرًا، فَقَدْ أُوتِيَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَوُقِيَ عَذَابَ النَّارِ
“Barangsiapa diberi hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir, dan tubuh yang bersabar, maka sungguh ia telah diberikan kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat dan dilindungi dari adzab neraka”.
Dari atsar ini diketahui bahwa di antara perkara penting yang sangat dibutuhkan oleh manusia ada tiga:
-
Hati yang bersyukur
Syukur adalah termasuk ibadah yang sangat mulia. Salah satu bentuk bersyukur adalah mengakui bahwa semua nikmat yang diterima seorang hamba semuanya berasal dari Allah semata. Meskipun melalui seorang hamba, akan tetapi pada hakikatnya adalah berasal dari Allah. Allah berfirman:
وَما بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْئَرُونَ
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kami ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan”. (QS. An-Nahl: 53).
Sebagian di antara manusia, justru menyandarkan suatu nikmat kepada keahlian yang dimiliki atau kepada ilmu yang sudah didapat. Ada pula yang menisbatkannya kepada kemahiran yang sudah dikuasinya. Akibatnya, lupa bahwa nikmat itu semata-mata karunia dari-Nya, sedangkan kewajiban manusia adalah berusaha menggapainya.
-
Lisan yang berdzikir
Dzikir adalah kunci ketenteraman dalam hati. Barangsiapa menginginkan ketenangan dan kedamaian dalam hidup, hendaknya ia memperbanyak berzikir. Allah telah berfirman,
ألَا بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبُ
“Ketahuilah, hanya dengan dzikrullah hati-hati akan menjadi tenteram”. (QS. Ar-Ra’d: 28).
Sebagian orang mengira bahwa berzikir terbatas pada bacaan subhanallah, Alhamdulillah dan sejenisnya. Dalam kitab Tazkiyatun Nufus, (hlm. 47), Dr. Ahmad Farid menjelaskan bahwa dzikir itu memiliki cakupan yang luas, di antaranya ada lima perkara:
- Menyebutkan nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya dan menyanjungnya, seperti membaca subhanallah, Alhamdulillah dan sejenisnya.
- Mengabarkan atau menyampaikan tentang kandungan-kandungan nama-nama dan sifat-sifat Allah, seperti seseorang berkata, “Allah mendengar ucapan para hamba-Nya”, “Allah melihat gerakan-gerakan mereka” .
- Menyebutkan perintah dan larangan Allah, seperti seseorang berkata, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkan agar bertauhid”, “Sesungguhnya Allah telah melarang hamba-Nya menyekutukan-Nya”.
- Menyebutkan nikmat-nikmat Allah dan kebaikan-kebaikan-Nya.
- Membaca ayat-ayat al-Qur’an.
-
Tubuh yang bersabar
Kehidupan ini senantiasa membutuhkan kesabaran, baik itu sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dalam menjauhi larangan-Nya maupun sabar ketika menghadapi takdir yang tidak disenangi. Semua itu membutuhkan kesabaran. Dengan kesabaran ini, seseorang akan dapat meraih pahala yang tidak terbatas. Allah berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas”. (QS. Az-Zumar: 10).
Orang-orang yang mendapat tiga perkara di atas yaitu bersyukur, berdzikir dan bersabar akan mendapatkan kebaikan dunia, akhirat dan dilindungi dari neraka. Mudah-mudahan Allah memberikan kita semua taufiq untuk dapat memiliki tiga perkara tersebut sehingga dapat meraih berbagai kebaikan.
Referensi:
- An-Nawawi, Yahya bin Syaraf 1430 H/2009 M, Riyadhush Shalihin, Kairo: Darussalam.
- Farid, Ahmad, Tazkiyatun Nufus Wa Tartibuha Kama Yuqarriruhu ‘Ulamaus Salaf, Bairut: Darul Qalam.
- Ibnu Katsir, Isma’il bin Umar, 1420 H/1999 M, Tafsirul Qur’anil ‘Adhim, Riyadh : Dar Thaibah, tahqiq Sami Muhammad Salamah.