Tujuh Bentuk Perhatian Nabi صلى الله عليه وسلم kepada Marbot
Bagi sebagian orang, menjadi marbot di sebuah masjid bukanlah sebuah pekerjaan yang diimpikan. Bahkan ada juga yang memandang seorang marbot dengan pandangan yang mengandung unsur merendahkan. Bagaimana sebenarnya kemuliaan seorang marbot dalam sirah nabawiyyah? Berikut ini sekilas tentang kemuliaannya secara ringkas.
Dalam Ahkamul Janaiz wa Bida’uha, dibawakan sebuah hadits berikut
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ امْرَأَةً سَوْدَاءَ كَانَتْ تَقُمُّ (وَفِيْ رِوَايَةٍ: تَلْتَقِطُ الْخِرَقَ وَالْعِيْدَانَ مِنَ) الْمَسْجِد، فَمَاتَتْ، فَفَقَدَهَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم، فَسَأَلَ عَنْهَا بَعْدَ أَيَّامٍ، فَقِيْلَ لَهُ أَنَّهَا مَاتَتْ، فَقَالَ: ((هَلاَّ كنتم اذنتموني؟))
(قَالُوْا: مَاتَتْ مِنَ اللَّيْلِ وَدُفِنَتْ، وَكَرِهْنَا أَنْ نُوْقِظَكَ)، (قَالَ: فَكَأَنَّهُمْ صَغَّرُوْا أَمْرَهَا.
فَقَالَ: ((دُلُّوْنِيْ عَلَى قَبْرِهَا)) فَدَلُّوْهُ، (فَأَتَى قَبْرَهَا فَصَلَّى عَلَيْهَا)
ثُمَّ قَالَ: [قَالَ ثَابِتٌ (أَحَدُ رُوَاةِ الْحَدِيْثِ): عِنْدَ ذاَكَ أَوْ فِيْ حَدِيْثٍ آخَرَ]: ((إِنَّ هَذِهِ الْقُبُوْرَ مَمْلُوْءَةٌ ظُلْمَةً عَلَى أَهْلِهَا، وَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ مُنَوِّرُهَا لَهُمْ بِصَلاَتِيْ عَلَيْهِمْ)).
Dari Abu Hurairah – Radhiyallahu ‘anhu – bahwa ada seorang wanita hitam yang dahulu membersihkan (dalam sebuah riwayat: “memunguti sobekan-sobekan dan dahan-dahan pohon dari) masjid, lalu ia meninggal dunia. Lalu Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – merasa kehilangan wanita tersebut, lalu setelah beberapa hari menanyakan tentang wanita itu, lalu ada yang menjawab bahwa ia telah meninggal dunia.
Lalu beliau bersabda, “Mengapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?”.
(Mereka menjawab: “Ia meninggal di malam hari, dan telah dimakamkan. Kami tidak suka membangunkamu), seakan-akan mereka menganggap rendah urusan wanita tersebut.
Beliau bersabda, “Tunjukkan aku ke kuburnya!”, lalu merekapun memberikan petunjuk.
(Lalu beliau mendatangi kuburannya, shalat di atasnya), kemudian bersabda (Tsabit salah satu perawi hadits berkata, ketika itu atau dalam hadits yang lain), “Sesungguhnya kuburan-kuburan ini penuh dengan kegelapan bagi penghuninya. Sesungguhnya Allah ‘ Azza wajalla memberikan penerangan kepada mereka disebabkan shalatku ini”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Musilm, Abu Dawud, Ibnu Majah, Baihaqi, At-Thayalisi dan Ahmad.
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memperhatikan dan memuliakan orang yang membersihkan masjid. Di antara bentuk pemuliaan beliau ada tujuh sebagai berikut:
- Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – merasa kehilangan orang tersebut ketika tidak terlihat.
- Menanyakan para sahabat tentang orang tersebut.
- Menegur para sahabat yang tidak memberi tahu tentang kematiannya.
- Menanyakan kuburannya.
- Mendatangi kuburannya.
- Melakukan shalat untuk jenazahnya yang telah dikubur.
- Menjelaskan bahwa menyolati jenazah yang telah dimakamkan dapat menjadi penerang bagi merea
Ini semua menunjukkan bagaimana Nabi –Shallallahu ‘alaihi wasallam – memuliakan orang yang sering bersih-bersih masjid. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kaum muslimin memberikan perhatian kepada mereka sebagai bentuk ittiba’ kepada Rasul yang termulia.