Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdulmuhsin Al-Badr – hafidzahullah -berkata,
“Aku akan menyebutkan sebuah kisah kepada kalian. Aku tidak menyampaikannya kecuali karena di dalamnya terdapat faidah. Beberapa tahun silam pada malam ke dua puluh tujuh (ramadhan) aku keluar bersama ayahku dan kakekku rahimahullah menuju ke masjidil haram untuk shalat tarawih.
Tiba-tiba ada sebuah mobil yang terletak jauh dari perumahan. Dari mobil itu keluar suara musik dengan keras-keras. Itu terjadi pada malam ke-27 yang diharapkan dengan kuat sebagai malam lailatul qadar. Aku menuju kepadanya. Ternyata di dalamnya terdapat sejumlah pemuda.
Aku berkata kepada mereka, “Wahai para pemuda, apakah kalian bisa melakukan shalat bersama manusia, berdoa kepada Allah azza wajalla pada malam yang penuh dengan berkah ini? Minimalnya matikanlah suara (musik) yang keras-keras ini. Hentikanlah suara ini”.
Lalu mereka mematikannya. Kemudian aku berkata kepada mereka dengan menyampaikan hadits ini, yaitu hadits Aisyah. Aku berkata kepada orang yang dekat kepadaku “Apakah engkau telah hafal doa ini?”
Ia berkata, “Ya”.
Lalu aku berkata, “Ulangilah!”. Ia ingin mengulangi, tetapi belum bisa.
Lalu aku ulangi kepadanya dua kali. Lalu aku berkata, “Ulangilah!”. Lalu ia dapat mengulangi doa tersebut.
Lalu aku berkata, “Ulang-ulangilah bacaan ini. Jadikanlah bacaan ini di lisan-lisan kalian.
Kemudian setelah itu aku lupa kisahnya.
Setelah lima atau enam tahun dari kejadian itu aku menuju ke sebuah lembaga keagamaan di sebuah kota dan bertemu dengan orang-orang yang bekerja di sana. Setelah aku selesai, aku duduk dan disebelahku ada seorang pemuda. Setelah aku selesai dari sebuah perkumpulan kebaikan.
Ia berkata, “Apakah engkau ingat kisah beberapa pemuda yang kisahnya demikian demikian?”. Ia mengingatkan aku tentang kisah tersebut.
Lalu aku jawab, “Ya”.
Ia berkata, “Saya adalah salah seorang dari pemuda tersebut. Allah ‘azza wajalla telah memberikan hidayah kepada saya sejak malam tersebut”.
Ia berkata, “Sejak malam tersebut saya jadikan doa itu di lisan saya. Saya berdoa kepada Allah dan mengulang-ulanginya sampai lapang dadaku sehingga bisa meninggalkan kecintaan kepada sesuatu yang diharamkan dan kebatilan. Allah menghilangkan hal-hal tersebut dariku.
Oleh karena itu, aku mengatakan sudah sepantasnya kita saling menolong dalam urusan ini. Khususnya sekarang sarana-sarana komunikasi telah menjadi mudah.
Barangkali ada salah satu dari kerabatmu yang melakukan kemaksiatan dan dosa-dosa, maka kirimkanlah kepadanya “Aku nasihatkan kepadamu dengan mengharapkan wajah Allah; “Perbanyaklah membaca doa ini
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ.
Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, mencintai permintaan maaf, maka maafkanlah aku.
Perbanyaklah membaca doa ini pada sepuluh hari ini, insya Allah engkau akan melihat adanya suatu kebaikan”.