Ada sebuah ungkapan yang sering terdengar dalam kehidupan kita. Biasanya disebutkan di awal pidato, ceramah dan sambutan. Ucapan itu adalah “Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad – Shallallahu ‘alaihi wasallam –“. Apa yang dimaksud dengan shalawat? Apa maknanya salam? berikut uraian ringkasnya.
Allah – ta’ala – telah memerintahkan para hamba-Nya agar bershalawat dan menghaturkan salam untuk Nabi-Nya Muhammad – Shallallahu ‘alaihi wasallam -. Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab : 56).
-
Apa Makna Shalawat?
Dalam Shahih Bukhari, dibawakan sebuah atsar dari seorang tabi’in yang bernama Abul ‘Aliyah – Rahimahullah – bahwa beliau berkata,
صَلاَةُ اللهِ : ثَنَاؤُهُ عَلَيْهِ عِنْدَ الْمَلَائِكَةِ، وَصَلاَةُ الْمَلَائِكَةِ : الدُّعَاءُ
“Shalawatnya Allah artinya sanjungan Allah atas seseorang di hadapan para malaikat. Shalawat malaikat artinya adalah doa”.
Dari sini diketahui bahwa ketika Allah bershalawat untuk Nabi-Nya Muhammad – Shallallahu ‘alaihi wasallam maksudnya yaitu Allah menyanjung beliau di hadapan para malaikat yang berada di sisi-Nya. Sedangkan para malaikat mendoakan kebaikan untuk beliau.
-
Apa Makna Salam?
Dalam Syarh Riyadhis Shalihin (III/469) Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin – Rahimahullah – menjelaskan bahwa mendoakan keselamatan untuk Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – artinya adalah mendoakan keselamatan untuk beliau dalam dua perkara:
- Keselamatan beliau ketika masih hidup, yaitu dari afat jasadiyyah (malapetaka fisik) dan afat ma’nawiyyah (malapetaka maknawi).
- Keselamatan beliau setelah wafat. Ini mencakup dua perkara:
- Keselamatan dari afat maknawiyyah yaitu berupa selamatnya syariat beliau dari orang-orang yang ingin menghancurkannya dan merusaknya.
- Keselamatan dari afat jasadiyyah, yaitu selamatnya fisik beliau setelah dimakamkan di dalam kuburnya.
Dalam Bustanul Wa’idzin (hlm. 300), Imam Ibnul Jauzi (w. 597 H) berkata,
إِذا أَرَادَ بِعَبْدِهِ خيرا يسر لِسَانه للصَّلَاة على مُحَمَّد صلى الله عليه وسلم
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, Dia akan memudahkan lisannya untuk bershalawat kepada Muhammad – Shallallahu ‘alaihi wasallam – “.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ.
Allahummah Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala Ali Muhammad.
Seorang penyair berkata sebagaimana dinukil dalam Bustanul Wa’idzin (hlm. 286),
صَلُّوْا عَلَى خَيْرِ الْأَنَامِ كَرَامَةً وَجَلَالَةً ياَ مَعْشَرَ الْإِسْلَامِ.
فَهُوَ النَّبِيُّ الْمُصْطَفَى عَلَمُ الْهُدَى وَأَدَلُّ مَنْ يَدْعُوْ لِسُبُلِ قَوَامِ.
نَطَقَ الْكِتَابُ بِفَضْلِهِ وَجَلَالِهِ وَبِفَضْلِهِ نَنْجُوْ مِنَ الْأَسْقَامِ.
“Bershalawatlah kalian kepada sebaik-baik manusia sebagai bentuk pemuliaan dan keagungan wahai kaum muslimin.
Beliaulah Nabi yang terpilih, simbol petunjuk dan sebaik-baik insan yang mengajak kepada jalan yang lurus.
Kitabullah telah menjelaskan keutamaan dan keagungan beliau. Dengan karunia-Nya kita dapat selamat dari berbagai malapetaka.
Semoga Allah memberikan kepada kita semua taufiq untuk dapat memperbanyak shalawat dan salam kepada beliau pada waktu-waktunya yang disyariatkan dengan lafal yang disyariatkan sebagai bentuk pengamalan dari firman Allah ta’ala di atas. Amin.