Sebagian orang hadir di suatu pengajian, lalu berkata, “Qadarullah, jauh-jauh kok ilmu yang saya dapat cuma sedikit, ya?!” Itu adalah keluhan dari sebagian jama’ah ketika menghadiri suatu majlis ilmu, akan tetapi tidak dapat mengambil faidah kecuali hanya sedikit. Apakah kita sepantasnya demikian? Berikut ini ada sebuah atsar yang agung dari salah seorang ulama terdahulu. Beliau bernama Asy-Sya’bi.
Dalam kitab Ar-Rihlah Fi Thalabil Hadits (no.27, hlm. 96), Imam Al-Khathib Al-Baghdadi membawakan sebuah atsar dari Imam Asy-Sya’bi – Rahimahullah – yang mengatakan,
لَوْ أَنَّ رَجُلًا سَافَرَ مِنْ أَقْصَى الشَّامِ إِلَى أَقْصَى الْيَمَنِ فَحَفِظَ كَلِمَةً تَنْفَعُهُ فِيمَا يَسْتَقْبِلُهُ مِنْ عُمْرِهِ رَأَيْتُ أَنَّ سَفَرَهُ لَا يَضِيعُ
“Sekiranya ada seseorang melakukan safar dari ujung Syam sampai ujung Yaman, lalu ia menghafal sebuah kata yang bermanfaat baginya pada usianya yang akan datang aku melihat safarnya tidak sia-sia”
Dari atsar ini dapat diambil beberapa faidah:
-
Anjuran melakukan safar untuk menuntut ilmu.
Nabi Musa – ‘Alaihissalam – saja beliau pernah melakukan safar yang bertahun-tahun untuk menuntut ilmu kepada orang yang kedudukannya bukan seorang Rasul. Allah berfirman dalam surat Al-kahf ayat 60,
وَإِذْ قَالَ مُوْسَى لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا.
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun”.
-
Tidak meremehkan sebuah faidah ilmiah yang didapatkan dari suatu majlis.
Ilmu adalah termasuk nikmat Allah. Nikmat yang tampak sedikit jika disyukuri maka Allah akan memberikan tambahan. Dalam Ta’limul Muta’allim (hlm. 107), Imam Az-Zarnuji – Rahimahullah –menjelaskan bahwa Imam Abu Hanifah – Rahimahullah – berkata,
إِنَّمَا أَدْرَكْتُ الْعِلْمَ بِالْحَمْدِ وَالشُّكْرِ، فَكُلَّمَا فَهِمْتُ وَوُفِّقْتُ عَلَى فِقْهٍ وَحِكْمَةٍ قُلْتُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، فَازْدَادَ عِلْمِيْ.
“Sesungguhnya, aku hanyalah mendapatkan ilmu dengan memuji (Allah) dan bersyukur. Setiap kali aku memahami dan diberi taufiq untuk (mempelajari) fiqih dan hikmah, maka aku mengatakan, “Alhamdulillah”, maka ilmuku menjadi bertambah”
-
Safar yang jauh tidak dianggap sia-sia apabila seseorang dapat meraih faidah meskipun hanya satu kata.
Apabila seseorang melakukan safar jauh untuk menuntut ilmu, maka sejak keluar rumahnya sampai pulang tercatat di jalan Allah sampai pulang. Dalam hadits yang shahih riwayat Tirmidzi, dari Anas –Radhiyallahu ‘anhu – Rasulullah bersabda,
مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ.
“Barangsiapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia pulang”.
Tatkala seseorang keluar dengan kelurusan niat, lalu safar dan belum mendapatkan ilmu, maka ia telah tercatat mendapatkan pahala mulai dari keluarnya sampai dia kembali ke tempat tinggalnya. Demikianlah keutamaan melakukan safar untuk kebaikan ini.
Semoga Allah memudahkan kita untuk selalu berusaha thalabul ilm, mengamalkannya, dan menyebarkannya. Allahumma Amin.