Terkadang seorang ahli hadits menyebutkan satu hadits di beberapa tempat dalam kitabnya. Ini menunjukkan bahwa hadits tersebut adalah hadits yang sangat agung. Ia adalah sebuah hadits yang menjadi dasar yang penting dalam beragama. Apakah hadits yang sampai disebutkan sebanyak tujuh kali dalam satu kitab? Berikut sekilas penjelasannya.
Keagungan Hadis Niat
Imam Syafi’i – Rahimahullah – juga telah menyebutkan tentang keagungan hadits tentang niat. Ibnu Rajab – Rahimahullah – berkata dalam Jami’ul Ulum wal Hikam (hlm.31),
فرُويَ عَنِ الشَّافِعِيِّ أَنَّهُ قَالَ: هَذَا الْحَدِيْثُ ثُلُثُ اْلعِلْمِ، وَيَدْخُلُ فِي سَبْعِيْنَ بَاباً مِنَ الْفِقْهِ
“Telah diriwayatkan dari Imam Syafi’I bahwa beliau berkata, “Hadits ini adalah sepertiga ilmu dan masuk pada 70 (tujuh puluh) bab fiqih”.
Imam Ahmad – Rahimahullah – menyebutkan hadits ini sebagai salah satu dari tiga fondasi agama ini. Dalam jami’ul Ulum (hlm.31) disebutkan,
عَنِ اْلِإمَامِ أَحْمَدَ قَالَ: أُصُوْلُ اْلإِسْلاَمِ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحَادِيْثَ:
-
حَدِيْثِ عُمَرَ : ((اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ)) ،
-
وَحَدِيْثِ عَائِشَةَ: ((مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ، فَهُوَ رَدٌّ))،
-
وَحَدِيْثُ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ: ((اْلحَلَالُ بَيِّنٌ، وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ))
“Dari Imam Ahmad, beliau berkata, “Fondasi-fondasi islam terdapat dalam tiga hadits:
- Hadits Umar, “Amalan-amalan dengan niat”.
- Hadits Aisyah, “Barangsiapa yang mengada-adakan dalam urusan agama kami apa yang bukan agama, maka ia tertolak”.
- Hadits Nu’man Bin Basyir, “Halal itu jelas, dan haram itu jelas”.
Selain itu masih banyak atsar-atsar dari para ulama yang menjelaskan tentang urgensi hadits di atas. Dua nukilan tersebut sudah cukup menunjukkan bagaimana agungnya dan besarnya hadits ini dalam agama islam.
Pengulangan Hadits Niat dalam Shahih Bukhari
Dalam kitab Al-Lu’lu’ Wal Marjan (I/هـ – و ), Syaikh Muhammad Fuad Abdulbaqi – Rahimahullah – menjelaskan bahwa hadits tentang korelasi niat dan amalan telah disebutkan oleh Imam Bukhari – Rahimahullah – sebanyak tujuh kali dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih. Tempat-tempatnya adalah sebagai berikut:
- Dalam Kitab Bad-il Wahyi (Kitab Permulaan Wahyu) Bab Kaifa Kana Bad-ul Wahyi Ila Rasulillah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – (Bab Bagaimana dahulu permulaan wahyu kepada Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam). Lafalnya adalah sebagai berikut (No. 1),
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya amal-amal itu tergantung kepada niatnya. Sesungguhnya masing-masing orang mendapatkan sesuai niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya menuju kepada dunia yang ingin diraihnya atau wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya menuju kepada apa yang diinginkannya”.
- Dalam Kitabul Iman (Kitab Keimanan), Bab Ma Ja-a Annal A’mal Binniyyah (Bab tentang hadits yang menjelaskan bahwa amal-amal dengan niat). Lafalnya adalah sebagai berikut (No. 54),
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْه
- Dalam Kitabul ‘Itq (Kitab Pembebasan Budak), Babul Khatha’ wan Nisyan Fil ‘Itaqah wath Thalaq (Bab Kekeliruan dan Kelupaan dalam Membebaskan budak dan Talak). Lafalnya sebagai berikut (No.2529):
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَلِامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
- Dalam Kitab Manaqibil Anshar (Kitab Keutamaan-keutamaan Kaum Anshar), Bab Hijratin Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – Wa Ash-habihi Ilal Madinah (Bab Hijrahnya Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – dan para sahabatnya ke Madinah). Lafalnya sebagai berikut (No. 3898),
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِه
- Dalam Kitabin Nikah (Kitab Pernikahan), Bab Man Hajara Au ‘Amila Khairan Litazwijimra-atin Falahu Ma Nawa (Bab Orang yang Hijrah atau mengerjakan kebaikan untuk bisa menikahi seorang wanita, maka baginya apa yang diniatkan). Lafalnya sebagai berikut (No. 5070),
العَمَلُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا، أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْه
- Dalam Kitabul Aiman Wan Nudzur (Kitab Sumpah dan Nadzar), Babun Niyyah fil Aiman (Bab Niat dalam Bersumpah). Lafalnya adalah sebagai berikut (No. 6689),
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْه
- Dalam Kitabul Hiyal (Kitab Siasat), Babun Fi Tarkil Hiyal (Bab tentang Meninggalkan sisasat). Lafalnya adalah sebagai berikut (no. 6953),
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ، وَإِنَّمَا لِامْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ، وَمَنْ هَاجَرَ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْه.
Jika diperhatikan sekilas, maka lafal-lafal itu tampaknya sama. Akan tetapi, dari ketujuh tempat tersebut, tidak ada lafal yang sama persis dari awal sampai akhir.
Rahasia Di Balik Pengulangan
Dalam kitab Manjhajul Imamil Bukhari Fi Tarajim (hlm. 258-269), Prof. Dr. Nawal Umar Abdullah ada beberapa makna yang terkandung dalam pengulangan hadits dalam kitab shahih Bukhari ini. Di antaranya adalah
- Kejelian dalam beristimbat. Ketika Imam Bukhari meletakkan suatu hadits pada suatu bab tertentu ini menunjukkan bahwa hadits itu menunjukkan bab tersebut.
- Fithnah (kecerdasan) Imam Bukhari dalam mengeluarkan suatu faidah dari suatu hadits.
- Ibtikar (kreatifitas) Imam Bukhari dalam menyusun karya ilmiah.
- Semangat beliau dalam taqdim faidah (memberikan manfaat) kepada ummat. Tidaklah beliau mengulangi kecuali karena ada faidah baru yang belum disebutkan di tempat yang lain.
- Pentingnya hadits tentang niat.
Semoga uraian ringkas ini bermanfaat. Semoga Allah memudahkan kita semua untuk meluruskan niat-niat kita semua. Amin Ya Rabbal ‘alamin.
Referensi :
- Abdulbaqi, Muhammad Fuad, Al-Lu’lu’ Wal Marjan Fimattafaqa ‘Alaihisy Syaikhan, Mesir: Dar Ihya’il Kitabil ‘Arabi.
- Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il, 1423 H/2002 M, Shahih Bukhari, Damaskus: Dar Ibnu Katsir.
- Basa’id, Nawal Bintu Umar Abdullah, 1442 H/2021 M, Manjhajul Imamil Bukhari Fi Tarajimi Abwabi Shahihihi, Adhwa-ul Ma’rifah.
- Ibnu Rajab, Abdurrahman, 1429 H/2008 M, Jami’ul Ulum wal Hikam fi Syarhi Khamsina Haditsan Min Jawami’il Kalim, Damaskus: Dar Ibnu Katsir, tahqiq Mahir Yasin Al-Fahl.