Kesabaran dalam mendidik anak adalah sesuatu yang sangat urgen bagi orang tua. Salah satu penguat kesabaran adalah dengan mengingat bahwa dosa-dosanya akan dapat berguguran karena bersabar atas ujian anaknya.
Dalam hadits Abu Hurairah – Radhiyallahu ‘anhu – Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda,
«مَا يَزَالُ البَلَاءُ بِالمُؤمِنِ وَالمُؤْمِنَةِ فِي نَفسِهِ ووَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ تَعَالَى وَمَا عَلَيهِ خَطِيئَةٌ».
“Ujian akan terus-menerus menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya, anaknya dan hartanya sampai ia menghadap Allah – Ta’ala – tanpa memiliki satu dosa pun”. (HR. Tirmidzi 2399, hasan).
Dalam Syarh Riyadhish Shalihin (I/166 – At-Taufiqiyyah ), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin – Rahimahullah – berkata,
فَفِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى أَنَّ الْمَصَائِبَ فِي النَّفْسِ وَالْوَلَدِ وَالْمَالِ تَكُوْنُ كَفَّارَةً لِلْإِنْسَانِ، حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى اْلأَرْضِ وَلَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ، وَلَكِنْ هَذَا إِذَا صَبَرَ.
“Di dalamnya terdapat dalil bahwa musibah-musibah yang menimpa diri, anak dan harta menjadi penghapus dosa bagi seseorang sampai berjalan di bumi tanpa membawa dosa, akan tetapi ini apabila ia bersabar”.
Dari sini hendaknya sebagai orang tua sudah sepantasnya untuk selalu menyabarkan diri dalam mendidik anak, meskipun terkadang ananda tidak langsung menuruti nasihatnya. Bahkan tidak jarang, ananda menolak atau mendebat orang tuanya sendiri. Ini adalah termasuk ujian bagi orang tua dalam mendidiknya. Ujian semacam ini dapat menjadi penghapus dosa bagi orang tua yang bersabar menghadapinya. Syaikh Salim Al-Hilali menjelaskan dalam Bahjatun Nadzirin (I/113) bahwa ini adalah “termasuk di antara rahmat Allah bagi para hamba-Nya yang beriman”.
Semoga kita sebagai orang tua diberikan kesabaran menghadapi ujian-ujian melalu anak-anak kita. Amin.