Salah satu sikap yang mahal nilainya dalam kehidupan ini adalah sikap objektif. Tidak semua orang dimudahkan untuk menyikapi segala permasalahan dengan sikap ini. Ada sebuah wasiat menarik dari seorang sahabat yang perlu untuk direnungkan kembali.
Imam Ibnu Jauzi telah membawakan sebuah atsar dalam Shifatush Shafwah (151) dan telah dinukil dalam Aina Nanhnu Min Aklaqis Salaf oleh Abdul Aziz Al-Jalil dan Bahauddin Aqil (hlm. 49) sebagai berikut:
Dari Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud dari ayahnya, ia berkata: Ada seorang lelaki datang kepadanya (kepada ayahku), lalu ia berkata:
يَا أَبَا عَبْدَ الرَّحمَنِ، عَلِّمْنِيْ كَلِمَاتٍ جَوَامِعَ نَوَافِعَ
“Wahai Abu Abdurrahman, ajarkanlah kepadaku kata-kata yang menyeluruh (ringkas, tapi maknanya luas) lagi penuh manfaat!”.
Lalu ia (ayahku) berkata kepadanya,
-
لاَ تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا
- Jangan engkau menyekutukan Allah dengan apapun.
-
وَزُلْ مَعَ اْلقُرْآنِ حَيْثُ زَالَ
- Bergeserlah bersama Al-Qur’an ke manapun ia bergeser (menaati kitabullah).
-
وَمَنْ جَاءَكَ بِالْحَقِّ فَاقْبَلْ مِنْهُ وَإِنْ كَانَ بَعِيْدًا بَغِيْضًا وَمَنْ جَاءَكَ باِلْبَاطِلِ فَارْدُدْهُ عَلَيْهِ وَإِنْ كَانَ حَبِيْبًا قَرِيْبًا.
- Barangsiapa datang kepadamu membawa kebenaran, terimalah meskipun ia orang yang jauh lagi dibenci. Barangsiapa datang kepadamu membawa kebatilan, maka tolaklah, meskipun ia orang yang dicintai dan dekat!”.
Ini adalah sebuah atsar yang sangat penting untuk kita jadikan sebagai pegangan dalam hidup ini. Tiga pesan di atas berupa kata-kata yang ringkas, bermakna luas, dan penuh dengan manfaat, yaitu berusaha meninggalkan kesyirikan, berupaya mengikuti tuntunan Al-Qur’an dan bersikap objektif. Semoga Allah memberikan kepada kita taufiq dapat menempuh jalan-Nya yang lurus. Amin.
Rujukan:
- Jamaluddin Abul Faraj Ibnu Jauzi, 1433 H/2012 M, Shifatush Shafwah, Bairut, Darul Kitabil ‘Arabi, tahqiq Khalid Mushthafa Thurthusi.
- Abdul Aziz bin Nashir Al-Jalil dan Bahauddin bin Fatih ‘Aqil, 1422 H/2001 M, Aina Nahnu Min Akhlaqis Salaf, Riyadh: Dar Thaibah.