Masing-masing agama yang ada di dunia ini memiliki hari raya sendiri-sendiri. Pada hari tersebut para pemeluknya merayakannya dengan beraneka ragam. Bagaimana seorang muslim menyikapi datangnya hari raya agama lain?
Pada dasarnya, islam adalah agama yang membawa rahmat untuk alam semesta. Allah berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
“Tidaklah Kami mengutusmu (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta”. (QS. Al-Anbiya’: 107).
Islam juga tidak melarang pemeluknya melakukan kebaikan kepada siapapun, bahkan semua kebaikannya bisa tercatat sebagai pahala di sisi Allah. Dalam hadits Abu Hurairah – Radhiyallahu ‘anhu – yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda,
في كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أجْرٌ
“(Berbuat baik) kepada semua makhluk yang bernyawa ada pahalanya”.
Hanya saja dalam rangka hifdzud diin (menjaga agama) dan melindungi aqidah kaum muslimin dari penyimpangan, maka dalam islam ada tuntunan khusus ketika menyikapi hari raya agama lain. Berikut ini diringkaskan dari kitab A’yadul Kuffar Wa Mauqiful Muslim Minha, karya Ibrahim bin Muhammad Al-Huqail (hlm. 71-77).
- Tidak menghadiri acara hari raya mereka.
Para ulama dari Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali telah bersepakat tentang dilarangnya seorang muslim menghadiri acara perayaan agama lain. ini berdasarkan dalil tentang larangan bertasyabbuh dengan mereka. Dalam hadits Ibnu Umar – Radhiyallahu ‘anhuma – Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda,
… ومنْ تشبَّه بقومٍ فهو مِنْهُمْ
“Dan barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk mereka”. (HR. Ibnu Majah dan Syaikh Al-Albani berkata, “Hasan Lighairihi” dalam Shahihut Targhib wat Tarhib, no. 2089).
Umar bin Khaththab – Radhiyallah u’anhu – berkata,
… ولا تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخطة تنزل عليهم.
“… Dan janganlah kalian masuk bersama orang-orang musyrik di gereja-gereja mereka pada hari raya mereka, karena kemurkaan (Allah) turun kepada mereka”. (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam Mushannafnya dan Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra).
- Tidak melakukan perbuatan yang mengandung kesesuaian dengan perbuatan mereka.
Syaikhul Islam berkata dalam Majmu’ Fatawa (XXV/329):
لا يحل للمسلمين أن يتشبهوا بهم في شيء مما يختص بأعيادهم لا من طعام ولا لباس ولا اغتسال ولا إيقاد نيران
“Tidak halal bagi kaum muslimin menyerupai mereka dalam kekhususan mereka pada hari raya mereka, seperti makanan, pakaian, mandi, menyalakan api …”.
Imam Adz-Dzahabi berkata dalam Tasyabbuhil Khasis (hlm, 193):
فإذا كان للنصارى عيد ولليهود عيد كانوا مختصين به، فلا يشركهم فيه مسلم، كما لا يشاركهم في شرعتهم وقبلتهم.
“Apabila orang-orang nashara memiliki hari raya, dan orang-orang Yahudi memiliki hari raya khusus bagi mereka, maka seorang muslim tidak ikut menyertainya, sebagaimana tidak menyertai mereka dalam syariat mereka dan kiblat mereka”.
- Menghindarkan diri dari menaiki kendaraan yang mereka naiki khusus untuk menghadiri hari raya mereka.
Dalam Al-Luma’ Fil Hawadits wal Bida’ (I/294), dijelaskan bahwa Imam Malik mengatakan,
يكره الركوب معهم في السفن التي يركبونها لأجل عيدهم لنزول السخطة واللعنة عليهم.
“Dibenci menaiki bersama mereka kapal-kapal yang mereka naiki khusus untuk hari raya mereka, karena turunnya kemurkaan dan laknat kepada mereka”.
- Tidak memberikan hadiah kepada mereka bersamaan dengan moment hari raya mereka.
Dalam Fathul Bari (II/513), Imam Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-‘Asqalani telah membawakan sebuah penjelasan dari Abu Hafsh An-Nasafi Al-Hanafi yang telah berkata,
من أهدى فيه بيضة إلى مشرك تعظيما لليوم فقد كفر بالله تعالى
“Barangsiapa memberikan hadiah pada hari itu sebuah telur kepada orang musyrik sebagai bentuk pengagungan hari rayanya, maka sungguh ia telah terjauh dalam kekufuran kepada Allah ta’ala”.
- Tidak membantu dalam merayakan hari raya mereka.
Allah telah berfirman,
وتعاونوا على البر والتقوى ولا تعاونوا على الإثم والعدوان.
“Tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maidah: 3).
Dalam Al-Luma’ fil Hawadits (I/294), Imam Ibnu At-Tarkumani berkata,
فيأثم المسلم بمجالستهه لهم وبإعانته لهم بذبح وطبخ وإعارة دابة يركبونها لمواسمهم وأعيادهم.
“Seorang muslim berdosa dengan duduk-duduk bersama mereka, membantuk mereka dengan menyembelih, memasak, meminjami kendaraan yang akan mereka naiki untuk hari raya mereka”.
- Tidak mengucapkan selamat dengan hari raya mereka.
Dalam Ahkam Ahlidz Dzimmah (I/441-442), Imam Ibnul Qayyim berkata,
أما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق، مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم فيقول : عيد مبارك عليك.
“Adapun mengucapkan selamat dengan syiar-syiar kekufuran yang khusus bagi mereka, maka hukumnya adalah haram berdasarkan ittifaq (kesepakatan), seperti mengucapkan selamat dengan hari raya merekadan puasa mereka, lalu berkata, “Hari raya yang penuh dengan keberkahan untukmu”.
Demikianlah di antara sikap seorang muslim ketika menghadapi hari raya para pemeluk agama lain. Semoga Allah menjaga agama kita untuk dapat istiqamah di atas tauhid sampai wafat menjemput.