Ada perjumpaan, ada perpisahan. Ada pembukaan dan ada pula penutupan. Ada kehidupan dan ada pula kematian. Salah satu doa penghujung shalat sebelum salam adalah berlindung dari adzab kubur. Ini mengingatkan kita agar selalu mengingat kematian yang pasti akan datang. Apa buah banyak mengingat kematian?
Tiga Ayat Pengingat Kematian
Allah telah menyebutkan adanya tiga ayat yang awalnya sama yaitu berkaitan dengan kematian.
Pertama, surat Ali Imran 185.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya”.
Kedua, surat Al-Anbiya’ 35.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami”.
Ketiga, surat Al-‘Ankabut 57.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan”.
Itulah tiga tempat dalam Al-Qur’an dalam tiga surat yang berbeda, akan tetapi ketiga-tiganya menyebutkan tentang kematian. Tidak ada satu orangpun yang hidup di dunia ini melainkan akan meninggal dunia. Tidaklah ini disebutkan secara berulang-ulang melainkan karena pentingnya mengingat kematian.
Buah indah banyak mengingat kematian.
Barangkali ada yang berfikir, “Apa hikmah di balik perintah banyak mengingat kematian?”. Pertanyaan ini telah dijelaskan oleh Ad-Daqqaq (dalam cetakan yang lain disebutkan Al-Laffaf) – Rahimahullah- sebagaimana disebutkan dalam At-Tadzkirah Bi Ahwalil Mauta Wa Umuril Akhirah, karya Imam Al-Qurthubi (hlm. 126). Beliau berkata,
مَنْ أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ أُكْرِمَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: تَعْجِيْلِ التَّوْبَةِ وَقَنَاعَةِ الْقَلْبِ، وَنَشَاطِ الْعِبَادَةِ.
“Barangsiapa banyak mengingat kematian, maka dia dimuliakan dengan tiga perkara,
- Segera bertaubat.
- Qana’ah dalam hati.
- Giat dalam beribadah”.
Inilah tiga perkara yang akan didapatkan oleh orang yang banyak mengingat kematian. Ketiganya adalah perkara-perkara yang mulia dan sangat dicintai oleh Allah.
Setelah menyebutkan tentang buah indah mengingat mati, beliau – Rahimahullah – juga menyebutkan tentang dampak buruk yang menimpa seseorang ketika lupa akan kematian. Beliau berkata,
وَمَنْ نَسِيَ الْمَوْتَ عُوْقِبَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ: تَسْوِيْفِ التَّوْبَةِ، وَتَرْكِ الرِّضَى بِالْكَفَافِ، وَالتَّكَاسُلِ فِي الْعِبَادَةِ
“Barangsiapa lupa kematian, ia akan dihukum dengan tiga perkara,
- Menunda bertaubat.
- Tidak rela dengan sesuatu yang cukup.
- Bermalas-malasan dalam beribadah”.
Itulah dampak negatif tatkala seorang hamba lupa terhadap kematian. Tiga perkara ini akan membawa kebinasaan bagi seorang hamba. Wal’iyadzu Billah.
Bait Syair Abu Bakar Ash-Shiddiq – Radhiyallahu ‘anhu -.
Dalam Shahih Bukhari, No. 1889 termuat sebuah riwayat dari Aisyah – Radhiyallahu ‘anha – tentang kehidupan ayahanda beliau. Beliau berkata,
فَكَانَ أَبُو بَكْرٍ إِذَا أَخَذَتْهُ الحُمَّى يَقُولُ
“Dahulu Abu Bakar apabila tertimpa demam beliau mengatakan (bait syair ini),
كُلُّ امْرِئٍ مُصَبَّحٌ فِي أَهْلِهِ … وَالمَوْتُ أَدْنَى مِنْ شِرَاكِ نَعْلِهِ
“Setiap orang mendapatkan ucapan selama di tengah-tengah keluarganya.
Padahal kematian lebih dekat kepadanya daripada tali sandalnya”.
Semoga Allah memberikan kepada kita semua taufiq untuk selalu mengingat kematian sehingga mendapatkan berbagai kebaikan. Amin Ya Rabbal ‘alamin.