Tatkala Allah akan memberikan hidayah kepada seorang hamba, maka tidak ada yang dapat menghalanginya. Terkadang Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui jalan yang tidak disangka. Salah satunya melalui mimpi.
Ada sebuah kisah menarik yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam Syarah Riyadhish Shalihin dalam Bab Ta’kid Wujubiz Zakat (Bab Penegasan Wajibnya Zakat), (III/387):
وحكى لي بعض الصلحاء أن رجلا كان يمنع أهله من الصدقة من البيت يقول: لا تتصدقوا
“Sebagian orang shalih telah menceritakan kepadaku bahwa ada seorang lelaki yang melarang keluarganya bersedekah dari rumahnya, ia berkata, “Janganlah kalian bersedekah!”.
وفي يوم من الأيام نام ورأى في المنام كأن الساعة قد قامت ورأى فوق رأسه ظلا يظله من الشمس إلا أن فيه ثلاثة خروق يقول: فجاءت تمرات فسدت هذه الخروق فتعجب كيف الثوب متخرق وتجيء التمرات تسد الخروق
Pada suatu hari, ia tidur dan bermimpi seakan-akan kiamattelah tegak. Ia melihat di atas kepalanya ada naungan yangmenaunginya dair matahari. Hanya saja, kain itu ada tiga lubangnya. Ia berkata, “Lalu ada tiga butir kurma yang datang lalu menutup lubang-lubang itu. Lalu ia heran bagaimana baju itu berlubang lalu ada kurma-kurma yang menutupi lubangnya?!
فلما قصها على زوجته أخبرته أنها تصدقت بثوب وثلاث تمرات فكان الكساء الأول هو الثوب لكنه مخرق فجاءت التمرات الثلاث فسدت الخروق ففرح بذلك وأذن لها بعد هذا أن تتصدق بما شاءت.
Takala ia ceritakan (mimpinya) kepada istrinya, lalu isteri mengabari bahwa ia telah bersedekah dengan sebuah baju dan tiga butir kurma. Kain yang pertama adalah adalah baju, akan tetapi berlubang. Lalu ada tiga butir kurma menutup lubangnya. Lalu ia bergembira, dan setelah itu ia mengingizinkan istrinya untuk bersedekah dengan apa saja yang dikehendaki”.
Setelah membawakan kisah ini, beliau mengomentari, “Walhasil, bahwa mimpi ini membenarkan sabda Nabi – Shallallahu ‘alaihi wasallam – :
كُلُّ امْرِئٍ فِيْ ظِلِّ صَدَقَتِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
“Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya pada hari kiamat”.
Dalam Shahih At-Targhib wa Tarhib (No. 872, I/523) Syaikh Al-Albani membawakan sebuah hadits dari ‘Uqbah bin Amir, Rasulullah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda,
كُلُّ امْرِئٍ فِيْ ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ.
“Setiap orang berada di bawah naungan sedekahnya sampai diputuskan (perkaranya) di antara manusia”. (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban dalam shahihnya dan Hakim. Hadits ini Shahih).
Dalam riwayat tersebut terdapat tambahan sebuah contoh praktik generasi terdahulu yang berusaha bersedekah dengan kontinu. Yazid berkata, “Dahulu Abu Martsid tidaklah ada satu haripun yang lewat melainkan ia bersedekah dengan sesuatu, meskipun dengan sepotong kue, atau dengan satu siung bawang”.
Dengan ini maka, tidak sepantasnya kita menahan diri dari bersedekah, mekipun hanya dengan sebuah permen, secuil biskuit atau sesuatu yang terlihat ringan. Jika ikhlash karena Allah, berasal dari harta yang baik, dan tidak diiringi dengan mengungkit-ungkit, dengan idzin Allah sedekah tersebut akan diterima di sisi-Nya. Semoga Allah memberikan kita taufiq untuk bersedekah sesuai dengan kemampuan kita.
Rujukan:
- Muhammad bin ShalihAl-Utsaimin, t. t., Syarh Riyadhish Shalihin Min Kalami Sayyidil Mursalin, Kairo: Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, tahqiq dan takhrij Wa-il Ahmad Abdurrahman.
- Muhammad Nashiruddin Al-Albani, 1421 H/2000 M, Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif.