Apakah anda memiliki keinginan yang belum terwujud? Adakah harapan anda yang belum dapat diraih? Manfaatkanlah bulan ramadhan ini untuk banyak berdoa. Mengapa demikian? Berikut ini penulis akan menyampaikan sedikit tentang doa.
Antara Bulan Ramadhan dan terkabulnya doa.
Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa bulan ramadhan adalah bulan yang sudah sepantasnya diisi dengan ibadah yang berupa doa. Di antaranya adalah:
-
Adanya ayat tentang doa di sela-sela ayat tentang puasa.
Al-Qur’an telah menjelaskan tentang puasa dalam surat Al-Baqarah dari ayat 183 – 187. Sedangkan disela-sela ayat tersebut yaitu pada ayat 186 Allah menyebutkan tentang doa. Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran (QS. Al-Baqarah : 186).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menyebutkan di antara faidah ayat ini adalah bahwa puasa adalah merupakan keadaan yang mengandung kemungkinan besar akan terkabul doa seseorang. Hal itu karena Allah menyebutkan ayat tentang doa ini di sela-sela ayat tentang puasa. (Tafsiru Suratil Fatihah Wal Baqarah, II/344).
-
Adanya waktu mustajab sepanjang bulan ramadhan.
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
إِنَّ لِلَّهِ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ عُتَقَاءَ مِنَ النَّارِ فِيْ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيُسْتَجَابُ لَهُ.
Sesungguhnya Allah memberikan kebebasan dari siksa neraka setiap hari dan malam di bulan ramadhan. Sesungguhnya setiap muslim pada memiliki doa yang ia panjatkan, lalu doanya terkabulkan. (HR. Bazzar, no. 3142 dan Ahmad (II/254). Shahih. Lihat Shifatu Shoumin Nabi, hlm. 24).
-
Adanya waktu mustajab ketika berpuasa.
Orang yang berdoa sambil berpuasa mendapatkan kesempatan untuk dikabulkan doanya. Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ لاَ تُرَدُّ: دَعْوَةُ الْوَالِدِ، وَدَعْوَةُ الصَّائِمِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ
“Ada tiga doa yang tidak tertolak: doanya orang tua, doa orang yang berpuasa, dan doa orang yang sedang melakukan safar”. (HR. Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra (III/345) dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah, no. 1797. Lihat fiqhul Ad’iyah, I/356).
Sedangkan hadits yang menyatakan bahwa waktu mustajab itu terbatas pada waktu berbuka saja, maka haditsnya adalah lemah. Lafalnya:
لِكُلِّ صَائِمٍ عِنْدَ فِطْرِهِ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ
Setiap orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab ketika sedang berbuka. Lihat Silsilatul Ahadits Adh Dha’ifah, no. 4325, (IX/312).
-
Waktu sahur adalah waktu mustajab.
Di antara waktu mustajab adalah ketika masuk waktu sahur. Ketika putra-putera Nabi Ya’qub meminta kepada beliau agar memohonkan ampunan untuk mereka, maka beliau menunda permohonannya. Beliau berkata:
قَالَ سَوْفَ أَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّي إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Dan Ya’qub berkata: “Aku akan memohonkan ampunan kepada Rabb-ku bagi kalian. Sungguh, Dia Yang Maha Pengampun Maha Penyayang”. (QS. Yusuf: 98). Ibnu Mas’ud menjelaskan bahwa beliau menunda doanya sampai waktu sahur. (Tafsir Ibnu Katsir, IV/410).
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wasallam – bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرِ فَيَقُوْلُ: مَنْ يَدْعُوْنِيْ فَأَسْتَجِيْبَ لَهُ، مَنْ يَسْأَلنِيْ فَأُعْطِيَهُ، مَنْ يَسْتَغْفِرنِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ
Rabb kita – tabaraka wa ta’ala – turun setiap malam ke langit dunia ketika malam tersisa sepertiga yang terakhir. Lalu Dia berfirman: “Siapakah yang berdoa kepada-Ku niscaya aku akan mengabulkannya. Siapakah yang meminta kepada-Ku, lalu akan Aku beri. Siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, lalu Aku akan ampuni dia”. (HR Bukhari, 1145 dan Muslim (758).
Tatkala Doa tampak Belum Terkabulkan.
Jika seseorang sudah memenuhi adab-adab dalam berdoa dan telah berusaha menghilangkan penghalang-penghalangnya, akan tetapi belum terlihat pengabulannya, maka ingatlah hadits berikut:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُوْ بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيْهَا إِثْمٌ وَلَا قَطِيْعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ: إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا
Tidaklah seorang muslim berdoa dengan suatu doa yang tidak mengandung dosa dan pemutusan hubungan kekerabatan, melainkan Allah akan memberinya satu dari tiga perkara:
- Ia akan disegerakan pengabulan doanya.
- Atau akan menjadikannya sebagai simpanan di akhirat.
- Atau akan dipalingkan dari keburukan yang sebanding dengan doanya tersebut.
(HR. Ahmad (III/18) dan Bukhari dalam Al-Adabil Mufrad, no. 710, dan dishahikan oleh syaikh albani dalam sahih adab mufrad, no. 547. Lihat Fiqhul Ad’iyati wal Adzkar (I/291).
Semoga kita dapat memanfaatkan waktu di bulan ramadhan ini untuk berdoa. Mudah-mudahan doa kita dikabulkan oleh Allah dengan meraih salah satu dari tiga perkara yang dijelaskan dalam hadits di atas.