Ketika tahun baru masehi tiba, maka suda sepantasnya setiap muslim mengulang kembali pembahasan tentang masalah ucapan selamat tahun baru masehi. Ini perlu untuk dilakukan dalam rangka menjaga agama (hifdzud diin) yang menjadi bagian penting dari maqashid syari’ah.
Para ulama telah menyampaikan penjelasan mereka tentang hukum mengucapkan selama tahun baru masehi. Berikut ini di antara fatwa mereka.
- Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin – Rahimahullah – .
Beliau mengatakan dalam Majmu’ Fatawa wa Rasail (XXV/495),
لا يحل للإنسان أن يجامل كافرا على حساب دينه، ولن كان هذا الكافر قد أحسن إليه كثيرا، لأن الدين مقدم على كل شيء
“Tidak dihalalkan seseorang basa-basi dengan orang kafir dengan mengorbankan agamanya, meskipun orang kafir itu telah banyak berbuat baik kepadanya, karena agama lebih dikedepankan daripada sesuatu yang lainnya.
وبناء على هذه القاعدة، لا يحل للطالب أن يبعث إلى أستاذه تهنئة بشعائر الدينية كأعيادهم التي تكون على رأس السنة الميلادية، أو عيد الميلاد، فمن فعل ذلك فقد أتى إثما عظيما.
Berdasarkan kaidah ini, tidak dihalalkan seorang murid mengirimkan kepada gurunya ucapan selamat berkaitan dengan syiar-syiar agama mereka seperti perayaan mereka pada awal tahun masehi, atau hari kelahiran. Barangsiapa yang melakukannya, maka sungguh ia telah melakukan dosa yang besar”.
- Syaikh Abdullah Al-Jibrin – Rahimahullah -.
Beliau berkata dalam Syarh Tashilil ‘Aqidatil Islamiyyah, hlm. 599 bahwa termasuk di antara perkara yang dilarang dalam syariat adalah
مشاركة الكفار في أعيادهم الدينية، كعيد رأس السنة الميلادية. … كما يحرم تهنئتهم بهذه الأعياد بإجماع أهل العلم.
“Ikut serta dalam hari-hari raya keagamaan mereka, seperti perayaan awal tahun baru Masehi … sebagaimana diharamkan mengucapkan selamat dengan hari raya ini berdasarkna ijma’ para ulama”.
Di antara pengganti dari ucapan “selamat tahun baru masehi” jika memang harus mengucapkannya ketika bertemu dengan pemeluk agama lain, maka cukup dengan kalimat, misalnya “selamat pagi”, “bagaimana kabarnya?” dan sebagainya. Ini sebagaimana yang difatwakan oleh Lajnah Daimah dalam Fatawa Lajnah Daimah (III/312).
Demikianlah di antara fatwa yang berkaitan dengan masalah ini. Semoga kita bisa menghindarkan diri dari mengucapkan yang tidak terpuji ini dan menggantinya dengan kata-kata yang baik dan tidak terlarang secara syariat. Amin.