Pertanyaan:
Assalamu’alaikum. Ustadz, syaithan menggoda manusia dari arah depan, belakang, kanan dan kiri. Apakah syaithan juga menggoda dari arah atas dan bawah? Syukran katsiran. Jazaakumullah khairan. Wassalamu’alaikum. (ZUA, Magelang).
Jawab:
Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh.
Pertama: Allah telah mengabarkan tentang godaan syaitan yang bisa datang dari arah depan, belakang, kanan dan kiri. Allah telah berfirman:
ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur”. (QS. Al-A’raf: 17).
Dalam Tafsirul Qur’anil ‘Adhim (VI/268), Imam Ibnu Katsir Rahimahullah berkata,
قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَلْحَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: ))ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ(( أُشَكِّكُهُمْ فِي آخِرَتِهِمْ، ))وَمِنْ خَلْفِهِمْ(( أُرَغِّبُهُمْ فِي دُنْيَاهُمْ ))وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ(( أشبَه عَلَيْهِمْ أَمْرَ دِينِهِمْ ))وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ(( أُشَهِّي لَهُمُ الْمَعَاصِي
“Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas:
- “Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan” artinya adalah aku jadikan mereka ragu tentang akhirat.
- “Dari belakang” artinya adalah aku jadikan mereka senang dengan dunia.
- “Dari kanan” artinya adalah aku jadikan urusan agama mereka menjadi rancu.
- “Dan dari kiri mereka” artinya adalah aku jadikan mereka senang dengan kemaksiatan.
Dari atsar ini diketahui bahwa syaithan menggoda dan menyesatkan manusia melalui empat perkara:
- Dibuat ragu dengan akhirat.
- Dibuat senang dengan dunia.
- Urusan agama dijadikan rancu.
- Dibuat senang dengan kemaksiatan.
Kedua, mengapa tidak disebutkan dari atas juga? Berkaitan dengan ini, Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan dalam tafsirnya (VI/269) dengan membawakan riwayat berikut ini:
وَقَالَ الْحَكَمُ بْنُ أَبَانٍ، عَنْ عِكْرِمة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ فِي قَوْلِهِ: ))ثمُ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وِعَنْ شَمَائِلِهِمْ(( وَلَمْ يَقِلْ: مِنْ فَوْقِهِمْ؛ لِأَنَّ الرَّحْمَةَ تَنْزِلُ مِنْ فَوْقِهِمْ
“Hakam bin Aban berkata dari Ikrimah dari Ibnu Abbas tentang firman Allah, “Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka”, “Allah tidak berfirman, “Dan dari atas mereka”, karena rahmat (Allah) turun dari atas mereka”.
Ketiga, telah datang dalam syariat yang mulia ini berupa anjuran untuk berlindung dari berbagai keburukan yang datang dari segala penjuru. Ini telah dijelaskan dalam hadits berikut ini:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَدَعُ هَؤُلاَءِ الدَّعَوَاتِ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ: )اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ وَالعَافِيَةَ فِي دِينِي وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنَ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي)
Dari Abdullah bin Umar – semoga Allah meridhai beliau – berkata, “Rasululah – Shallallahu ‘alaihi wasallam – tidak pernah meninggalkan doa-doa ini ketika sore dan pagi: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon afiat di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu al-‘afwa dan al-‘afiyah dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutupilah aib-aibku, berilah aku keamanan dari apa yang aku takuti. Ya Allah, jagalah aku dari depanku, dari belakangku, dari sebelah kananku, dari sebelah kiriku dan dari atasku. Aku berlindung dengan keagungan-Mua agar diselamatkan dari dibenamkan dari bawahku”. (HR. Abu Dawud (5074) dan Ibnu majah no. 3871 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah, no. 3121. Lihat Fiqhul Ad’iyah wal Adzkar (III/30).
Berkaitan dengan doa ini, Syaikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr berkata dalam Fiqhul Ad’iyati Wal Adzkar (III/32):
فَالْعَبْدُ بِحَاجَةٍ إِلَى حِصْنٍ مِنْ هَذَا الْعَدُوِّ، وَوَاقٍ لَهُ مِنْ كَيْدِهِ وَشَرِّهِ، وَفِيْ هَذَا الدُّعَاءِ الْعَظِيْمِ تَحْصِيْنٌ لِلْعَبْدِ مِنْ أَنْ يَصِلَ إِلَيْهِ شَرُّ الشَّيْطَانِ مِنْ أَيِّ جِهَةٍ مِنَ الْجِهَاتِ؛ لِأَنَّهُ فِيْ حِفْظِ اللهِ وَكَنَفِهِ وَرِعَايَتِهِ
“Seorang hamba membutuhkan benteng dari musuh ini (syaithan) dan penjaga dari tipu daya dan kejahatannya. Dalam doa yang agung ini terdapat penjagaan bagi seorang hamba agar keburukan syaithan yang datang dari segala penjuru tidak sampai kepadanya, karena ia berada dalam penjagaan Allah, pemeliharaan-Nya, dan perlindungan-Nya”.
Imam Ibnu Katsir juga mengatakan dalam tafsirnya (VI/270):
وَرَدَ فِي الْحَدِيثِ الِاسْتِعَاذَةُ مِنْ تَسَلُّطِ الشَّيْطَانِ عَلَى الْإِنْسَانِ مِنْ جِهَاتِهِ كُلِّهَا
Dalam hadits, telah datang (syariat berupa) isti’azah (memohon perlindungan) dari kekusaan syaithan atas manusia dari segala penjuru”.
Dengan demikian, sudah sepantasnya setiap muslim berusaha membaca dzikir tersebut pada waktu pagi dan sore hari. Bacaan ini dapat dibaca dengan berdiri, duduk, berbaring. Jika belum menghafal doa tersebut, maka dzikir ini dapat dibaca dengan melihat tulisannya. Semoga Allah memberikan perlindungan kepada kita dari godaan syaithan. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. Allahu A’lam.